Skip to content
Home » Blog » Diorama Sekolah Ra’jat Jaman Pendudukan Jepang

Diorama Sekolah Ra’jat Jaman Pendudukan Jepang

Ketika Jepang mulai menduduki Indonesia, Jepang menyadari bahwa pendidikan dapat menunjang indoktrinasi nya dan mempunyai arti penting, oleh karena itu sistem pendidikan yang sudah ada pada masa kolonial dibuat baru yang dibuat oleh Jepang. Dari saat itulah kader-kader mulai dibentuk, terutama golongan muda. Jepang pun membuka kembali sekolah-sekolah yang sebelumnya dibekukan, sesuai Oendang-oendang No.12 tertanggal 22 April 1942.

Dengan sistem baru yang ditetapkan Jepang, Sekolah Ra’jat pun dibuat untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Sistem persekolahan pun semakin terbuka, bahasa Belanda di Sekolah tidak ada lagi dan berganti menjadi bahasa Indonesia yang bahkan boleh digunakan sebagai bahasa pengantar pembelajaran dan bahasa Jepang tetap diajarkan, meskipun banyak buku disita pemerintahan militer Jepang. Selain Jepang punya cara yang cerdik untuk mengambil hati bangsa kita, diskriminasi sosial antara anak Indonesia dan anak Belanda telah dihilangkan. Salah satunya adalah membuat pendidikan terbuka bagi semua rakyat.

Aturan dasar pada Sekolah Ra’jat pada masa kependudukan Jepang, diantaranya laki-laki wajib gundul, latihan baris berbaris yang rutin, wajib melakukan seikirei (membungkukkan badan kearah kota Tokyo) dan kinrohoshi (kerja bakti).

Para siswa Sekolah Ra’jat yang menempuh pendidikanmendapatkan pembinaan dari pemerintah Jepang yang bertujuan membentuk kedisiplinan siswa serta ketaatan siswa terhadap kewajiban yang harus dilakukan setiap hari di sekolah. Kewajiban tersebut seperti: Dapat menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (Kimigato) pada pagi hari disetiap harinya Mengibarkan Hinomura atau bendera Jepang dengan menunduk menghadap timur untuk menghormati Tenno Haika Kaisar Jepang di setiap paginya. Melakukan sumpah setia (DaiToa) pada cita-cita Asia Raya Melakukan senam Jepang (Taisho) setiap pagi harinya. Pelatihan fisik ala militer jepang Menggunakan bahasa pengantar berupa bahasa Indonesia selain bahasa Jepang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *