Skip to content
Home » Blog » Kalender Sunda Bukti Tingginya Peradaban Nusantara Kuno

Kalender Sunda Bukti Tingginya Peradaban Nusantara Kuno

  • admin 

Gambar diambil dari : Kalender Sunda, Bukti Tingginya Kebudayaan Masyarakat Tradisi Nusantara | infobudaya.net

Kalender sunda ditemukan kembali pada tahun 1990an setelah menghilang selama 500 tahun. Peradaban Sunda sudah dikenal masyarakat dunia sejak ribuan tahun yang lalu. Pada tahun 150 Masehi, istilah kepulauan Sunda telah dikemukakan oleh Ptolemeus. Kepulauan Sunda terdiri dari kepulauan Sunda Besar dan Sunda Kecil. Kepulauan Sunda besar meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, sedangkan Sunda kecil meliputi pulau Bali, Nusa Tengara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Sunda berasal dari bahasa jawa kuno yang berarti bersinar, terang, putih.

Kalender Sunda atau yang lebih dikenal dengan Kala Sunda ini lebih tua dari kala-kala lain yang ada dan berkembang di masyarakat Jawa dan Bali. Keunikan kalender Sunda ini adalah terdiri dari dua jenis kalender, yaitu kalender surya yang disebut Kala Surya Saka Sunda dan kalender candra yang disebut Kala Candra Caka Sunda.

Tingginya suatu peradaban, diukur dari tingkat akurasi penanggalan kalendernya. Secara logis pun, bangsa yang sudah mempunyai sistem kalender – terlebih yang rumit – pasti sudah menguasai aksara, bahasa, ilmu hitung, dan ilmu baca. Dalam konteks Kala Sunda, aksara yang digunakan atau dikuasai adalah Caraka atau Kagangan. Sebelum urang Sunda membuat tulisan, pasti sudah mengenal bahasa dan tata bahasa yang baku.

Secara umum Kalender Sunda terdiri atas tiga bagian , yaitu kalender sunda Suryakala atau Saka Sunda (penanggalan berbasis matahari), kalender sunda Chandrakala atau Caka Sunda (berbasis bulan), dan kalender sunda Sukrakala (berbasis kedudukan bintang). Seperti penanggalan masehi, sistem penanggalan  Sunda juga berguna untuk perhitungan waktu.

Dengan memahami fenomena yang terjadi di langit, masyarakat tradisional Sunda pun menjadikan sistem penanggalan kalender Sunda untuk berbagai keperluan. Kalender Sunda sebagai inspirasi untuk menentukan hari baik pernikahan, waktu bercocok tanam, aktivitas keagamaan, hingga norma-norma yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Semuanya bermuara kepada keberlangsungan umat, berikut keselarasan manusia dengan lingkungan.

Kalender sunda Suryakala atau  Saka Sunda itu biasanya dimanfaatkan untuk pertanian, bersamaan dengan kalender masehi.  Sedangkan kalender sunda Chandrakala  atau Caka SUnda  untuk kehidupan keagamaan, bisa juga untuk pasang surut air laut. Kalau Sukrakala itu digabungkan dengan konsesi bintang-bintang yang kita lihat, bisa sebagai ilmu pengetahuan.

Pertama, kita perhatikan Kalender Surya Saka Sunda yaitu bagian dari kalender Sunda yang didasarkan posisi edar bumi mengelilingi matahari. Awal tahun Kalender Surya Saka Sunda ditetapkan sewaktu matahari meninggalkan posisi paling selatan. Jadi, pada saat matahari berada di posisi paling selatan yaitu di atas 23,5 derajat Lintang Selatan pada tanggal 22 Desember, diartikan sebagai tutup tahun Kala Surya Saka Sunda. Bumi beredar mengelilingi matahari dan berputar pada sumbunya. Sumbu putar bumi miring 23,5 derajat terhadap bidang edarnya, sehingga belahan bumi secara bergantian condong ke arah atau menjauhi matahari. Pada tanggal 21 Maret dan 23 September, matahari berada tepat di atas katulistiwa, pada saat tersebut siang dan malam sama panjang di mana-mana. Kemudian pada tanggal 21 Juni, matahari akan mencapai posisi paling utara yaitu di atas 23,5 derajat Lintang Utara. Perputaran dan peredaran bumi mengelilingi matahari ini menimbulkan musim yang berbeda di muka bumi ini.

Dalam satu tahun, Kalender Surya Saka Sunda terbagi menjadi 12 bulan, yaitu Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawalu, Kasanga, Kadasa, Desta atau Hapitlemah, Sada atau Hapitkayu. Dapat dipercaya bahwa bulan-bulan Kasa, Karo, Katiga adalah musim hujan, bulan-bulan Kapat, Kalima, Kanem adalah musim pancaroba menjelang kemarau, bulan-bulan Kapitu, Kawalu, Kasanga adalah musim kemarau, bulan-bulan Kadasa, Hapitlemah, Hapitkayu adalah musim pancaroba menjelang hujan.

Selanjutnya yang kedua, kita perhatikan Kalender Candra Caka Sunda yaitu bagian dari Kala Sunda yang didasarkan posisi bulan mengelilingi bumi. Dalam satu tahun, kala candra ini terbagi menjadi 12 bulan, yaitu: Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Srawana, Badra, dan Asuji. Kemudian masing-masing bulan dibagi menjadi dua, yaitu Suklapaksa (parocaang) dan Kresnapaksa (paropoek).

Ketentuan Kala Candra Caka Sunda adalah sebagai berikut: bulan separoh terang sempurna jatuh pada tanggal 1 Suklapaksa, bulan penuh tanggal 8 Suklapaksa, bulan separuh gelap tanggal 15 Suklapaksa. Bulan separuh gelap sempurna jatuh pada tanggal 1 Kresnapaksa, bulan gelap sempurna tanggal 8 Kresnapaksa, bulan separuh terang tanggal 14 atau 15 Kresnapaksa. Gravitasi bulan menarik permukaan laut tepat di bawahnya, menyebabkan terjadinya pasang surut laut. Pasang surut berubah sesuai fase-fase bulan, dan pasang tertinggi terjadi ketika bulan baru (bulan gelap sempurna, tanggal 8 Kresnapaksa) atau bulan purnama (bulan penuh, tanggal 8 Suklapaksa).