Skip to content
Home » Blog » Hari Peringatan Pemberontakan Pembela Tanah Air (Peta)

Hari Peringatan Pemberontakan Pembela Tanah Air (Peta)

  • admin 

Museum Pendidikan Nasional menyajikan konten terkait PETA, yang merupakan pendidikan yang ada pada masa kependudukan Jepang. Tepat menuju lantai 2 ruang Pamer Museum Diknas terpampang sejarah Pendidikan Jepang lengkap dengan seragam PETA, bendera PETA, diorama sekolah ra’jat, serta deskripsi terkait sejarah pendidikan jaman kependudukan Jepang.T

foto bendera PETA pada konten Sejarah Pendidikan masa Kependudukan Jepang di ruang pamer Museum Diknas Lantai 1. (dok:deviani ramdhania)

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA (dalam bahasa Jepang, kyodo boei giyugun) adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943. Tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh Nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan Presiden Soeharto dan Jenderal Besar Soedirman.

Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer Indonesia, antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) hingga akhirnya TNI. Karena hal ini, PETA benyak dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.

Latar belakang pemberontakan PETA di Blitar sendiri dikarenakan adanya perlakuan diskriminatif dari prajurit Jepang terhadap anggota PETA, serta kemarahan anggota PETA terhadap militer Jepang yang telah membuat rakyat Indonesia banyak menderita.

Tanggal 14 Februari 1945, pukul 03.00 WIB, pasukan PETA melancarkan serangan dengan menembakkan mortir ke kediaman para perwira militer Jepang, yaitu Hotel Sakura di Blitar pimpinan Sudanco Soeprijadi. Selain aksi itu, Markas Kempetai juga ditembaki senapan mesin bahkan salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan Merdeka”, dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia Sudah Merdeka!”. dengan mengibarkan bendera merah putih, para serdadu PETA itu menyerang markas pasukan Jepang dengan menghunus para pasukan Jepang.

foto bendera Jepang pada konten Sejarah Pendidikan masa Kependudukan Jepang di ruang pamer Museum DiknasLantai 1. (dok:deviani ramdhania)

Pemberontakan PETA tidak berjalan sesuai rencana ketika bala bantuan militer Jepang dari Malang dan Kediri datang memadamkan serangan serdadu PETA, pemberontakan PETA akhirnya dapat digagalkan, serta berhasil memadamkan pemberontakan PETA dan menangkap pasukan yang tersisa.

Sudanco Soeprijadi gagal menggerakkan satuan lain untuk ikut melakukan pemberontakan. Seruan Jepang yang memerintahkan PETA untuk mundur membuat beberapa kesatuan PETA lainnya kembali ke kesatuannya masing masing. Tetapi mereka yang kembali justru ditangkap sebanyak 78 orang perwira dan prajurit PETA, ditahan dan dijebloskan ke penjara untuk kemudian diadili di Jakarta, disiksa oleh polisi Jepang bahkan sebanyak 6 orang divonis hukuman mati di Ancol pada 16 Mei 1945, 6 orang dipenjara seumur hidup, dan sisanya dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan. Sudanco Soeprijadi dikabarkan gugur dan jenazahanya tidak ditemukan hingga kini.

Sejarah Pendidikan masa Kependudukan Jepang, ruang pamer Museum Diknas Lantai 1. (dok:deviani ramdhania)