Skip to content
Home » Blog » Lantai 1

Lantai 1

  • admin 

Pada ruang pameran lantai satu ini, koleksi-koleksi yang dipamerkan adalah koleksi-koleksi yang menceritakan tentang Pendidikan Jaman Klasik dan Pendidikan Berbasis Agama, Pendidikan Jaman Kolonial, Pendidikan Jaman Pendudukan Jepang, Sejarah Menteri-Menteri Pendidikan Pada Masa Ke Masa

Pendidikan Klasik dan Pendidikan Berbasis Agama

Pendidikan zaman klasik dimana kita bisa melihat diorama manusia pra-aksara belajar berburu makanan. Pendidikan sangat sederhana zaman batu dan jaman logam dimana kapak, beliung dan lain sebagainya sebagai media pembelajaran serta kepala keluarga atau tokoh yang disakralkan di masyarakat sebagai guru yang mengajarkan bagaimana bertahan hidup secara nomaden. Dengan membedakan diorama pembelajaran pra-aksara di sungai dan hutan dimana setiap tempatnya memiliki tingkat pendidikan yang berbeda berkaitan dengan batu dan logam sebagai media pembelajaran nya. Selain itu klasifikasi pendidikan pra-aksara dibedakan menurut jenis kelaminnya yakni pria belajar berburu dan wanita mengolah makanan, membuat pakaian, dan lain sebagainya. Secara garis besar, pendidikan zaman klasik atau pra-aksara adalah pendidikan informal dimana intinya belajar bertahan hidup dari satu tempat ke tempat lainnya (nomaden).

Pendidikan berbasis Agama

Agama pertama yang dianut oleh masyarakat indonesia adalah Hindu dan Budha pada abad ke 4 dimana terjadi proses Indianisasi di Indonesia, pada masa ini leluhur mengenal tulisan pallawa dan bahasa sensakerta. Media tulis zaman ini menggunakan daun lontar kering dan diukir menggunakan pisau pengupak atau pengutik serta dilakukan pewarnaan aksara yang telah diukir menggunakan kemiri yang dibakar untuk menghasilkan warna hitam pada aksara di daun lontar. Selain itu terdapat arca Dewi Sarasvati dan Ganesha sebagai Dewa dan Dewi ilmu pengetahuan bagi umat Hindu serta salahsatu relief candi Borobudur yang menceritakan pendidikan berbasis agama Budha dengan sistem gurukula dan dibangunnya pecantrikan di nusantara.

Pendidikan berbasis Agama yang kedua masuk ke Indonesia adalah Islam, dengan dibawa oleh pedagang dari Arab dan persia, dimana pada saat itu leluhur menggunakan kertas daluang yakni kertas tradisional Indonesia dengan menulis menggunakan tulisan Arab berbahasa melayu, arab dan bahasa daerah. Untuk menulis diatas kertas daluang, leluhur menggunakan ujung bulu angsa dan paku andam serta tinta mangsi gentur dengan didaurkan ke wadah tinta balok. Pada bagian inipun dipamerkan peralatan untuk membuat mangsi gentur yang terbuat dari ketan hitam. Adapun ketiga mesjid yang berperan pada saat Agama Islam masuk ke indonesia yakni mesjid agung Demak, mesjid agung Banten dan mesjid Menara Kudus dimana ketiga mesjid ini di dirikan oleh para wali untuk mengembangkan agama Islam serta banyak orang sekitar bahkan dari luar pulau khususnya Sumatera yang menimba ilmu di ketiga mesjid tersebut hingga selesai menimba ilmu dan kembali ke daerah masing-masing dan mendirikan mesjid di daerahnya serta mengamalkan ajaran islam, dari sinilah islam berkembang khususnya di pulau jawa dan sumatera, dimana Al-Qur’an dan hadist adalah materi pembelajaran utama nya serta terdapat rebana sebagai salahsatu media pembelajaran.

Terdapat vitrin khusus yang memamerkan cara pembuatan kertas daluang sebagai media tulis, lengkap dengan peralatan nya, bahan dasar yakni batang pohon daluang serta contoh kertas dalung setengah jadi hingga yang sudah jadi siap untuk ditulis. Pendidikan Berbasis Agama yang terakhir datang ke indonesia yakni Agama nasrani yang dibawa oleh pendatang dari Eropa seperti portugis, Jerman, Belanda.

Pendidikan Jaman Kolonial

Sistem pendidikan jaman Kolonial yang dibagi menjadi 3 kasta yakni Sekolah untuk orang Eropa, sekolah untuk orang Pribumi dan sekolah untuk orang Cina dengan dibedakan berdasarkan bahasa pengantarnya, materi pembelajaran, bahkan sarana pra-sarana nya. Pada konten ini terdapat data sekolah serta biaya, bangunan sekolah pada masa kolinial seperti MULO, HBS, ELS, Kweek school, Normaal School, Sekolah Biarawati, Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah, Gedung OSVIA, dan THS atau ITB. Selain itu terpampang 4 Karakteristik utama Pendidikan pada masa Kolonial serta terdapat koleksi atlas dan buku-buku yang digunakan pada masa kolonial.

Edukator – Deviani Ramdhania, S.Pd