Pada masa awal Pendidikan di Indonesia, banyak siswa-siswa Indonesia yang belum memiliki buku tulis karena saat itu buku tulis sangat langka dan harga buku tulis pada waktu itu sangatlah mahal. Oleh karena itu orang-orang zaman dahulu menggunakan sabak dan grip untuk menulis saat sekolah. Sabak adalah alat tulis yang terbuat dari lempengan batu, pinggirannya dipasang kayu sebagai frame. Sabak ini memiliki fungsi yang sama dengan buku, dan memiliki bentuk yang mirip dengan tablet. Sedangkan grip adalah alat tulis yang digunakan untuk menulis pada sabak. Grip memiliki bentuk dan fungsi yang sama seperti pensil namun memiliki diameter yang lebih kecil.
Cara menggunakan kedua alat tulis tersebut cukup mudah yaitu sabak digunakan sebagai buku tempat menulis dan grip sebagai pensil atau ballpoint untuk menulis, Untuk memudahkan dalam menulis, sabak memiliki garis bantu agar tulisan menjadi lebih rapih. Cara membersihkan sabak pun cukup mudah yaitu dicuci dengan menggunakan air dan menggosokannya dengan arang. Oleh karena itu, sabak bukanlah alat tulis permanen. Dengan menggunakan sabak, maka siswa didorong untuk menghapal materi yang ditulis sebelum tulisan tentang materi itu di hapus dari sabak dan digantikan oleh materi Pelajaran lainnya.
Sabak dan Grip merupakan salah satu koleksi Museum Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.