Skip to content
Home » Blog » Serah Terima Koleksi Benda Budaya Bersejarah Indonesia dari Pemerintah Belanda

Serah Terima Koleksi Benda Budaya Bersejarah Indonesia dari Pemerintah Belanda

Penandatanganan dokumen Pengakuan Pengalihan Hak dari Kerajaan Belanda ke Republik Indonesia Dok; https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Belanda — Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi RI, Hilmar Farid mewakili pemerintah Indonesia menerima penyerahan koleksi
benda-benda bersejarah dari pihak Belanda yang diwakili oleh Gunay Uslu, Menteri Muda
Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda, pada Senin, 10 Juli
2023 di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda. Dalam acara yang sama dilakukan juga
penandatanganan dokumen Pengaturan Teknis (Technical Arrangement) dan Pengakuan
Pengalihan Hak dari Kerajaan Belanda ke Republik Indonesia.

Pemerintah Indonesia menyambut baik penyerahan koleksi benda-benda bersejarah
Indonesia dari pihak Belanda dan akan merawat koleksi-koleksi tersebut dengan hati-hati.

“Indonesia, dalam hal ini Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek akan
melakukan konservasi dan pemanfaatan terbaik untuk benda-benda budaya ini,” jelas
Hilmar Farid.

Hilmar menyatakan, repatriasi koleksi asal Indonesia di Belanda dapat dilakukan berkat
kerjasama dan kerja keras kedua komite repatriasi, serta dukungan kedua pemerintah.
“Yakni Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI
yang telah menginisiasi pembentukan Tim Repatriasi Indonesia, dan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda,” kata Hilmar.

Menurut Hilmar, Ketua Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda | Gusti Agung
Wesaka Puja, dan Komite repatriasi benda kolonial Belanda yang dipimpin oleh Lian
Gongalvez-Ho Kang You, sejak 2 tahun lalu terus menjalin komunikasi positif dan produktif,
guna melanjutkan kerjasama dan mendorong ikhtiar pengembalian benda-benda bersejarah
dan Belanda ke Indonesia.

Hilmar mengungkapkan, repatriasi benda bersejarah ini bukan sekadar memindahkan
barang dari Belanda ke Indonesia, melainkan pula mengungkap pengetahuan sejarah, dan
asal-usul benda-benda seni bersejarah yang selama ini belum diketahui masyarakat.

“Jauh sebelum benda-benda tersebut kembali ke Indonesia, kedua komite repatriasi dari
Indonesia dan Belanda bekerjasama melakukan serangkaian pertemuan dan diskusi, untuk
membahas makna dari benda-benda tersebut bagi kedua bangsa, baik di masa lalu maupun
di masa kini,” ujarnya.

Hilmar menilai, kerjasama kedua negara dalam bidang repatriasi ini berkembang ke arah
yang positif, dengan mengembangkan program-program kerjasama museum, dan penelitian
yang melibatkan para ahli dari kedua negara, dan pengembangan program beasiswa bagi
para sarjana yang melakukan penelitian di dalam bidang repatriasi benda kolonial.

“Proyek repatriasi benda bersejarah ini adalah momentum penting, untuk menumbuhkan
saling pemahaman dan kesetaraan di antara kedua bangsa,” pungkasnya.
Sejarah kedatangan koleksi seni ini ke Belanda sebagian masih belum jelas. Berawal dari
Perdana Menteri Indonesia Timur, Ide Agung Anak Gde Agung, yang disebut-sebut telah
menyelenggarakan pameran karya seni itu di beberapa kota di Belanda dan Eropa antara
tahun 1948 dan 1950. Namun sebuah artikel di De Vrije Katheder, 23 Desember 1946 telah
membahas sebuah pameran karya-karya Pita Maha, ‘sebuah koleksi penting’, di galeri seni
van Lier di Castricum. Pada tahun 1955, koleksi tersebut disimpan di Tropenmuseum di
Amsterdam.

Setelah melalui serangkaian penelitian yang komprehensif dari para ahli, empat koleksi
artefak, yakni 132 koleksi benda seni Bali Pita Maha, Patung Singasari, pusaka kerajaan
Lombok dan keris Puputan Klungkung akan dikembalikan ke Indonesia. Sebanyak 132
Koleksi benda seni Bali, antara lain karya: lukisan, ukiran kayu, benda-benda perak dan
tekstil para maestro seniman yang tergabung di dalam kelompok seni Pita Maha.
Paguyuban seniman Bali yang didirikan pada 29 Januari 1936 oleh Tjokorda Gde Agung
Sukawati, | Gusti Nyoman Lempad, Walter Spies dan Rudolf Bonet.

Sedangkan, empat patung Singasari yang tersimpan di Museum Volkenkunde, Leiden
adalah primadona dari abad ke-13 masehi. Keempat patung tersebut berasal dari candi
Singasari yang didirikan untuk menghormati kematian Raja Kertanegara, dinasti terakhir dari
kerajaan Singasari. Empat arca yang akan kembali ke Indonesia adalah Durga, Mahakala,
Nandishvara dan Ganesha.

Ratusan benda yang berasal dari kerajaan Lombok juga turut dikembalikan dalam repatriasi
kali ini, bersama dengan sebilah keris dari Kerajaan Klungkung, Bali. Objek dari Puri
Cakranegara, Lombok itu sebelumnya tersimpan di Tropenmuseum, sementara keris
puputan Klungkung sejak lama menjadi koleksi museum Volkenkunde, Leiden.

Acara penyerahan dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia Hilmar Farid, Duta Besar Republik
Indonesia untuk Kerajaan Belanda Mayerfas, Ketua Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di
Belanda | Gusti Agung Wesaka Puja, Sekretaris Tim Repatriasi Bonnie Triyana,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Kementerian Luar
Negeri Belanda serta sejumlah wartawan internasional dan para ahli sejarawan dan
museum di Belanda.

Pada kesempatan ini juga, dilaksanakan penandatanganan dokumen pengaturan teknis dan Pengakuan Pengalihan Hak dari Kerajaan Belanda ke Republik Indonesia.

dikutip dari Siaran Pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia