Skip to content
Home » Blog » Kedudukan Kitab Kuning Dalam Pendidikan Agama Islam

Kedudukan Kitab Kuning Dalam Pendidikan Agama Islam

Kitab Kuning, salah satu koleksi kitab di Museum Pendidikan Nasional

Ditulis oleh Fadilla Febrianty Nitami

Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam menjadi wadah untuk mencetak insan yang berakhlak mulia dan berintelektual. Untuk mewujudkan tujuan itu dilaksanakanlah pendidikan dengan melalui pengajian kitab-kitab klasik, salah satunya adalah kitab al-shafra atau yang lebih dikenal dengan kitab kuning.

Kitab kuning merupakan istilah khusus yang digunakan untuk kitab berbahasa arab tanpa ada harokat dan arti yang dituliskan dalam kertas berwarna kuning. kitab kuning ini menjadi standar para santriwan dan santriwati dalam memahami ajaran islam (ArRasikh, 2018: 72).

Kitab kuning berfungsi sebagai referensi dalam pengajaran islam. Kitab kuning ini sudah teruji kebenarannya karena dirumuskan oleh para ulama dengan berlandaskan pada Al-Qur`an dan Hadits. Isi dari kitab kuning terdiri dari ilmu-ilmu tentang islam seperti ilmu fikih, akidah, akhlak, tasawuf, hadist, hukum islam dan tafsir.

            Masuknya kitab kuning dan menjadi sumber belajar dalam pengajaran islam tidak diketahui secara pasti. Yang perlu diketahui adalah kitab kuning telah dikenal dan dipelajari pada sekitar abad ke-16 didasarkan pada naskah berbahasa Arab, Jawa dan Melayu yang dibawa ke Eropa. Kitab-kitab yang berbahasa Arab tersebut yaitu kitab Al-Taqrib fi al-Fiqh dan kitab al-Idhah fi al-Fiqh. Kitab yang berbahasa Melayu yaitu tafsir tentang dua bab penting dalam Al-Qur`an, hikayat bertema Islam, hukum pernikahan dalam islam dan terjemahan syair-syair pujian untuk Nabi dan kitab yang berbahasa Jawa yaitu Kitab Sunang Bonang atau disebut juga Wejangan Syeh Bari. Dari kitab berbahasa Jawa itu ditemukan dua judul kitab yang sering dijadikan referensi yaitu kitab ‘Ihya’ Ulum al-Din dan Tamhid (Bruinessen, 1999)

            Sumber lainnya yang menyebutkan bahwa munculnya kitab kuning ke Indonesia terjadi pada abad ke-17 yang dibawa oleh para murid Jawi dari Haramain ketika mereka pulang. Pada masa ini, banyak para alumni dari Haramain yang membawa kitab-kitab kuning dan menyebarkannya ke lingkungan yang bisa membaca dan memahami Bahasa Arab. Setelah itu, mereka membuat kitab yang isinya merujuk pada kitab-kitab yang dikaji dengan menggunakan Bahasa Melayu sehingga masyarakat awam pun mudah memahami isi dari kitab tersebut.

            Pada akhir abad ke-18 penggunaan kitab kuning diselaraskan antara keyakinan agama dengan tata kehidupan sosial. Kitab kuning mencapai momennya saat abad ke-19 ketika pondok pesantren, surau, meunasah menjadikan kitab kuning sebagai sumber belajar dalam pengajarannya. Pada saat itu, kebutuhan akan kitab kuning semakin meningkat seiring dengan bertambahnya pesantren.

            Seiring berjalannya waktu, kitab kuning ini digunakan sebagai kurikulum yang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bidang sebagai berikut (Sururin, 2013: 8) :

  1. Ilmu Alat

Ilmu alat dapat dikelompokan kedalam kitab kuning non ajaran. Ilmu alat ini meliputi nahwu, Sharaf, balaghah, mantiq dan tajwid.

  • Fiqh

Bidang ini bisa dikatakan sebagai prioritas utama di Pesantren. Kajian fiqh di Pesantren mengacu pada fiqhsyafi`i. Kitab-kitab yang digunakan tergantung pada tingkatan pendidikan. Seperti pada tingkat pendidikan tsanawiyah menggunakan kitab Taqrib dan Fath al-Qarib, Minhaj al-Qawim, Sulam al-Taufiq, Uqud al-Lujain, Mabadi` al-Fiqh, Fiqh al-Mu`in, dan sebagainya. Sedangkan pada tingkat pendidikan Aliyah, kitab yang biasa digunakan adalah Syarah Waraqat, Lathaif al-Isyarat, Jam`ulJawami, al-Asbahwa al-Nadhair dan lain sebagainya.

  • Tauhid/ Aqidah

Kitab-kitab tauhid yang sering digunakan di Pesantrena dalah Ummu al-Barahin, Sanusi, Dasuki, Kifayat al-Awam, Aqidah al-Awam, Fath al-Majid, Jawahir al-Kalamiyah, Husnul Hamidiyah, dan lain sebagainya.

  • Tafsir Al-Qur`an

Bidang lainnya yang ada dalam kurikulum pesantren adalah Tafsir Al-Qur`an. Tafsir Al-Qur`an ini biasanya dikhususkan untuk tingkat pendidikan atas seperti Aliyah atau tingkat diatasnya. Kitab yang digunakan yaitu kitab Tafsir Jalalain, Tafsir Baydhawi, Tafsir Munir, Tafsir Ibn Katsir, Jami` al-Bayan, dan lain sebagainya. Selain itu, ada kitab Tafsir al-Manardan Tafsir al-Maraghiyang sering digunakan oleh pesantren yang berorientasi modernis.

  • Hadis

Salah satu materi yang banyak dikaji di Pesantren adalah Hadis. Kitab yang sering dipakaia dalah kitab Bulugh al-Maram, Arba`in Nawawi, Tanqih al-Qaul, Shahih Muslim, DurratunNashihin, Riyadh al-Shalihin, Bukhari, Mukhtar al-Hadis, dan lain sebagainya.

  • Akhlaq dan Tasawuf

Kajian akhlaq dan tasawuf diberikan tempat yang luas oleh pesantren. Kitab akhlaq yang sering digunakan di pesantren adalah Ta’limMuta’alim, Washaya, Akhlaq li al-Banin, Akhlaq li al-Banat, Irsyad al-Ibaddan NashaihulIbad. Sedangkan kitab tasawuf yang banyak dikaji di pesantren antara lain: Ihya’ Ulum al-Din, Bidayah al-Hidayah, Minhaj al-Abidin, Hikam/SyarahHikam, Risalah al-Mu’awwanah, dan sebagainya.

  • Sejarah (Tarikh)

Kajian tentang sejarah tidak banyak dikaji secara khusus. Alasan dari ha ltersebut karena sejarah sendiri tidak berisi ajaran secara langsung. Selain itu, kajian kitab kuning lainnya secara tidak langsung membahas mengenai sejarah. Kitab-kitab yang mengkaji sejarah/ Tarikh adalah kitab Khusnul Yaqin (Khulshah), Dardirdan Barzanji.

Terdapat beberapa etika untuk membaca kitab kuning, diantaranya yaitu: membacakan doa atau surat al-Fatihah untuk pengarang kitab, dengan membaca doa atau surat al-Fatihah tersebut diharapkan manfaat dari ilmu yang akan dipelajari dari kitab tersebut dapat terserap oleh pembaca. Kemudian setelah kita tamat membaca, dibacakan do`a yang dipimpin oleh seorang kyai atau ustadz yang mengajarkan dengan harapan akan mendapatkan manfaat ilmu dari kitab kuning tersebut.

Kitab kuning sebagai kurikulum di Pesantren telah memberikan kontribusi yang besar bagi umat muslim di Indonesia. Lulusan dari Pesantren yang menggunakan kitab kuning sebagai kurikulumnya berhasil mencetak insan yang mulia bukan hanya di hadapan Allah SWT. tetapi juga di hadapan sesama umat manusia. (Fadilla Febrianty Nitami/ Kurator Museum Diknas UPI)

Referensi

Ar Rasikh. 2018. Pembelajaran Kitab Kuning Pada Pondok Pesantren Khusus Al- Halimy Desa

Sesela Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Penelitian Keislaman, 1(14), 72-84

Bruinessen, Martin van. 1999. Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat. Bandung :Mizan.

Sururin. 2013. Kitab Kuning: Sebagai Kurikulum di Pesantren.