Rabu, 17 Januari 2024 – Kepala Museum Pendidikan Nasional (Museum Diknas) sekaligus Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Museum Daerah (AMIDA) Jawa Barat, Dr. Leli Yulifar, M.Pd. Mendampingi Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. M Solehuddin, M.Pd. M.A menghadiri undangan dari Pondok Pesantren Modern Dzikir Al Fath dalam rangka penyerahan gelar kehormatan sebagai warga kehormatan Waruka Sakabumi Pajajaran Museum Prabu Siliwangi. Gelar tersebut diberikan oleh pimpinan Pondok Pesantren Dzikir Al Fath yang juga pendiri Museum Sejarah Sunda Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana, pada Rabu (17/1), di Aula Syekh Quro Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi.
Rektor UPI Prof. Dr. M Solehuddin, M.Pd., M.A. berharap dikukuhkannya sebagai warga kehormatan Waraka Sakabumi Pajajaran ini menjadi jembatan untuk memperkuat kerjasama dan kolaborasi antara UPI dengan Pondok Pesantren Dzikir Al Fath. “Ini adalah amanah, tanggung jawab dan tentu saja ada harapan. Mudah-mudahan tali silaturahmi yang dibangun ini, lebih diperkokoh lagi dan mudah-mudahan menjadi jembatan untuk melakukan kerja sama kolaborasi yang lebih menguntungkan, baik bagi pesantren di sini maupun bagi UPI. Ya mudah-mudahan kita juga nanti bisa memberikan kesempatan kepada anak-anak pondok pesantren di sini untuk melanjutkan pendidikan di UPI.Sebaliknya juga nanti insyaallah kami juga mungkin akan mengirim dosen, mahasiswa untuk melakukan magang.Banyak belajar di pondok pesantren ini.”
Menurut KH Fajar Laksana selaku pimpinan Pondok Pesantren Dzikir Al Fath dan juga pendiri Museum Sejarah Sunda Prabu Siliwangi, pemberian gelar kehormatan tersebut sebagai bentuk peningkatan silaturahmi antar lembaga pendidikan. Selain itu, ia juga menilai bahwa Prof. Dr. M Solehuddin, M.Pd., M.A. merupakan sosok yang memiliki banyak karya sehingga mampu membawa keberhasilan bagi UPI dan bermanfaat untuk masyarakat.
“Untuk mengikat hubungan silaturahmi lebih kuat lagi secara emosional, maka kami mengangkat bapak rektor upi sebagai warga kehormatan Waruka Sakabumi Pajajaran Museum Prabu Siliwangi yang kemudian punya nama punya gelar yang disebut dengan Rama Karta Cakra Buana. Rama itu orang tua, karta itu ada karya, karta itu ilmu, karta itu makmur, banyak artinya. Cakra itu membuka, Buana itu dunia.Sehingga diartikan orangtua yang memiliki ilmu banyak karyanya yang hidupnya bermanfaat untuk dunia mungkin begitu. Mudah-mudahan kami yang ada di kota kecil, pesantren kecil ini bisa mendapatkan setitik saja keberhasilan UPI kepada kami” pungkasnya.
Sementara itu Kepala Museum Diknas sekaligus Sekjen AMIDA Jawa Barat, Dr. Leli Yulifar, M.Pd. menambahkan, bahwa Museum Sejarah Sunda Prabu Siliwangi dan Museum Diknas mempunyai kesamaan tipologi sebagai museum khusus sehingga diharapkan kerja sama ini dapat saling mengisi satu sama lain terutama dalam hal pengembangan riset yang berhubungan dengan Tridharma Perguruan Tinggi dan Justifikasi kepada produk riset dari Museum Sejarah Sunda Prabu Siliwangi sehingga mudah mudahan kerja sama ini bisa saling menguntungkan.