Skip to content
Home » Blog » Mengenal Mardijker: Budak Portugis Yang Melaporkan Sebuah Negeri Bernama Bandong

Mengenal Mardijker: Budak Portugis Yang Melaporkan Sebuah Negeri Bernama Bandong

Seorang Mardijker dan istrinya/ Churchill 1704/ Wikimedia Commons

Pada tahun 1641, seorang Mardijker bernama Julian de Silva, melaporkan yang tertuang dalam Dagregister atau catatan harian, Julian menyatakan : ”Aen een negorij genaemt Bandong, bestaende uijt 25 ‘a 30 huysen..…” yang berarti “Ada sebuah negeri dinamakan Bandong yang terdiri dari 25 sampai 30 rumah…”. Apabila dari satu rumah terdiri atas 4 orang anggota keluarga, maka dari 25 sampai 30 rumah tersebut diperkirakan penduduk di tempat itu berjumlah seratus dua puluhan jiwa dan diduga semuanya adalah orang Sunda. Itulah penduduk yang menempati kota Bandung‟ sebagai cikal bakal Kota Bandung dewasa ini.

Lalu apakah yang disebuat sebagai Mardijker itu?

Kata “Mardijker” berasal dari bahasa Portugis “Mardigo” atau “Mardica,” yang artinya adalah “merdeka” atau “bebas.” Mereka adalah kelompok masyarakat yang terdiri dari budak-budak yang berhasil memperoleh kemerdekaan mereka di wilayah jajahan kolonial di Asia Tenggara, terutama di tempat-tempat seperti Batavia (sekarang Jakarta, Indonesia), Malaka (sekarang Melaka, Malaysia), dan Ceylon (sekarang Sri Lanka).

Mardijker adalah sebuah komunitas etnis di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) yang terdiri dari keturunan budak yang telah dibebaskan. Mereka dapat ditemukan di semua pos perdagangan utama di Hindia Timur. Mardijker sebagian besar beragama Kristen dan berasal dari berbagai etnis yang ditaklukkan.

Asal-usul Mardijker berasal dari para budak belian dan rakyat biasa asal anak benua India, Cina, dan Afrika yang dibawa oleh Portugis ke wilayah jajahan mereka di Asia (India, Melaka) pada abad ke-16 dan ke-17. Setelah Portugis dikalahkan oleh Belanda, para budak tersebut kemudian dibawa ke Batavia dan dimerdekakan setelah memenuhi syarat tertentu.

Mardijker awalnya merujuk pada kelompok budak dan tawanan perang tentara Portugis, terdiri dari warga setempat wilayah yang ditaklukkan, yang kemudian dimerdekakan dan mengikuti budaya penjajahnya. Dalam arti sempit, kaum Mardijker merujuk pada sekelompok bekas tawanan perang yang diperoleh Belanda (VOC) hasil kemenangannya menduduki wilayah jajahan Portugis di Asia (India, Melaka), yang kemudian dibawa ke Batavia dan dimerdekakan setelah memenuhi syarat tertentu.

Mardijker sebagian besar beragama Kristen dan berasal dari berbagai etnis yang ditaklukkan. Meskipun berkulit gelap sebagaimana umumnya orang Tamil, kelompok Mardijker ini memandang diri mereka sebagai orang Portugis. Selain beragama Nasrani, orang-orang Mardijker membedakan diri dari warga etnis Asia yang lainnya dengan mengambil nama-nama Portugis atau Belanda untuk diri atau keturunan mereka, menggunakan bahasa Kreol.

Dalam sejarahnya, Mardijker menjadi bagian penting dari kehidupan sosial dan budaya di Hindia Belanda. Mereka terlibat dalam berbagai bidang, seperti perdagangan, militer, dan pelayanan publik. Meskipun mereka telah dimerdekakan, Mardijker masih mengalami diskriminasi dan perlakuan yang tidak adil dari pemerintah kolonial Belanda. Namun, mereka tetap mempertahankan identitas dan budaya mereka sendiri, dan menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia.