Sumber Foto : Wikipedia
Maria Ulfah Santoso adalah seorang pahlawan perempuan Indonesia yang lahir di Serang, Banten, pada 18 Agustus 1911. Ia meraih gelar sarjana hukum pada usia 22 tahun pada 21 Juni 19334. Maria Ulfah meraih gelar dari keluarga priyai yang mengalami berbagai kesulitan, termasuk ketidakadilan. Dengan semena-mena, ia menyaksikan bagaimana perempuan diperlakukan secara tidak adil dan cenderung direndahkan.
Maria Ulfah melanjutkan pendidikan di HBS (setingkat SMA) dan kemudian menjabat sebagai Bupati Kuningan bersama ayahnya, Raden Mohammad Achmad. Pada tahun 1929, ia pergi ke Belanda bersama ayahnya, adik perempuannya, Iwanah, dan adik laki-lakinya, Hatnan. Di Belanda, Maria Ulfah memilih studi hukum di Leiden. Selama menempuh pendidikan di Leiden, ia banyak mengenal para mahasiswa pejuang yang kelak menjadi tokoh pergerakan nasional dan calon pemimpin Indonesia, seperti Haji Agus Salim, Mohammad Hatta, dan Sjahrir.
Maria Ulfah sangat memiliki ikatan emosional dengan Kuningan dan Linggarjati. Selama menempuh pendidikan di Leiden, ia banyak mengenal Sjahrir lewat iparnya, Djoehana Wiradikarta. Sjahrir begitu banyak memberikan pengaruh secara ideologis kepada Maria Ulfah. Bersama Sjahrir, Maria Ulfah mengikuti rapat-rapat politik.
Maria Ulfah menjadi guru di Sekolah Menengah Muhammadiyah dan Pergerakan Rakyat pada tahun 1934. Selain itu, ia aktif dalam mengadakan kursus pemberantasan buta huruf bagi ibu-ibu di Salemba Tengah dan Paseban. Peranannya dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan dimulai ketika Maria Ulfah ikut dalam Kongres Perempuan Indonesia kedua 1935 di Batavia. Pasca kongres, ia dipercaya untuk memimpin sebuah Biro Konsultasi yang bertugas mengurusi segala permasalahan dalam perkawinan, khususnya membantu kaum perempuan yang mengalami kesulitan dalam perkawinan.
Maria Ulfah Santoso adalah salah satu contoh bagaimana feminisme itu sudah ada di Indonesia sejak Indonesia belum terbentuk. Ia merupakan tokoh dan pahlawan perempuan Indonesia yang melawan poligami.